A. Pengertian
Respon Frekuensi
Tanggapan frekuensi adalah tanggapan
keadaan mantap suatu sistem terhadap masukan
sinusoidal. Dalam metoda tanggapan frekuensi, frekuensi sinyal
masukan dalam suatu daerah frekuensi tertentu
diubah dan tanggapan frekuensi yang dihasilkan untuk dipelajari.
Pengujian tanggapan frekuensi pada umumnya sederhana dan dapat dilakukan secara
teliti dengan menggunakan pembangkit sinyal sinusoidal yang telah tersedia dan
alat-alat ukur yang teliti. Seringkali fungsi alih komponen yang rumit dapat
ditentukan secara eksperimental dengan pengujian tanggapan frekuensi.
Metoda tanggapan frekuensi dapat diterapkan pada sistem yang tidak
mempunyai fungsi rasional. Solusi dari pada itu, sistem yang tidak
diketahui atau sistem yang benar-benar dikenal, dapat ditangani dengan
metoda tanggapan frekuensi sehingga pengaruh kebisingan yang tidak diinginkan
dapat diabaikan dan dianalisis serta perancangan semacam ini dapat diperluas ke
sistem kendali non-linier. Karakteristik respon frekuensi suatu sistem dapat diperoleh
secara langsung dari fungsi alih sinusoida, yaitu fungsi alih yang
diperoleh dengan mengganti s dengan jω (frekuensi). Tinjau sistem linier
parameter konstan, dengan masukkan x(t) adalah sinusoida: x(t) = X sin
ωt.
Gambar 1: Proses
respon frekuensi
Respons frekuensi menggambarkan besar dari gelombang sinus keluaran
bervariasi sebagai fungsi dari frekuensi gelombang sinus masukan.
B. Keuntungan
Respon Frekuensi
· Data
respon frekuensi lebih mudah diperoleh secara eksperimen.
· Metode
respon frekuensi dapat digunakan jika suatu model mengenai plant dan aktuator
sukar diperoleh.
· Metode
respon frekuensi dapat digunakan untuk sistem-sistem dengan penunda waktu
(time-delays).
· Kompensator
dapat lebih sederhana didisain dan dapat didisain jika hanya terdapat data
eksperimen mengenai system.
· Metode
respon frekuensi dapat digunakan untuk menentukan keadaan-keadaan spesifik
(properties), seperti keberadaan siklus pembatas dan stabilitas yang berkenaan
dengan sistem-sistem non-linier.
C. Jenis
Diagram Yang Digunakan Untuk Analisis Respon Frekuensi
1. Diagram
Logaritmik atau Diagram Bode
Diagram Bode yang dapat menyajikan fungsi alih
sinusoidal dengan dua diagram yang terpisah, satu merupakan diagram besaran
terhadap frekuensi dan diagram sudut fasa dalam derajat terhadap
frekuensi. Selain itu diagram terdiri dari dua grafik, grafik pertama merupakan
diagram dari logaritma besaran fungsi sinusoidal, dan grafik yang lain
merupakan sudut fasa di mana kedua grafik digambarkan terhadap frekuensi dalam
skala logaritmik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi alih
sinusoidal pada diagram Bode:
a. Faktor
Gain K
Kurva besaran-log untuk penguatan Kyang konstan
merupakan garis horizontal dengan besaran 20.log.KdB.
· Hanya memiliki bagian real saja à tidak ada sudut phasa.
· log-magnitude-nya adalah sebuah garis lurus pada 20
log (K).
Jika K > 1, maka magnitude-nya positif
Jika K < 1, maka magnitude-nya negatif
· Perubahan K hanya mempengaruhi plot log-magnitude, sudut phasanya sama.
· Slope bernilai 0 pada frekuensi sudut 0 rad/s.
Gambar 2: Garis
konversi bilangan –dB
b. Faktor
Turunan (jω)
· Hanya memiliki bagian imaginer saja
· Sudut phasa: 90o (constant)
· Slope bernilai 20
dB/decade pada frekuensi sudut ω
=1 rad/s
c. Faktor
Integral (jω)-1
· Hanya memiliki bagian imaginer saja
· Log-magnitude
= -20 log(ω)
· Sudut phasa = 90o (constant)
· Slope bernilai -20
dB/decade pada frekuensi sudut ω
=1 rad/s
d. Faktor Orde 1 (1+jωT)±1
Ø Turunan:
· Frekuensi sudut terjadi pada ω=1/T
· Slope = 20 dB/decade
· Sudut phasa = 45o pada frekuensi sudut
Ø Integral:
· Frekuensi sudut terjadi pada ω=1/T
· Slope = -20 dB/decade
· Sudut phasa = -45o pada frekuensi sudut
e. Faktor Kuadratis
Ø Integral
· Frekuensi sudut terjadi pada ω=ωn
· Slopenya – 40 dB/decade
· Sudut phasanya -90o pada frekuensi sudut
Ø Turunan
· Frekuensi sudut terjadi pada ω=ωn.
· Slopenya 40 dB/decade
·
Sudut phasanya 90o pada frekuensi sudut
Sudut phasanya 90o pada frekuensi sudut
Gambar 3: Diagram Bode sistem dengan faktor kuadratis
2. Diagram
Polar/Nyquist
Diagram polar
suatu fungsi alih sinusoidal G(jω) adalah
suatu diagram
besaran G(jω) terhadap
sudut fasa G(jω) pada koordinat polar, jika ω diubah dari
0 sampai ∞. Jadi diagram
polar adalah tempat kedudukan vektor G(jω) G(jω) ∠
jika ω diubah dari 0
sampai ∞.
Gambar 4: Sitem
Lup tertutup
Dalam diagram polar, sudut fasa positif
(negatif) diukur berlawanan arah dengan arah jarum jam (searah
dengan arah jarum jam) dari sumbu nyata positif. Kriteria Nyquist menyatakan bahwa sistem akan
stabil apabila bidang sebelah kanan kurva G(jω)H(jω)
tidak melingkupi titik (-1,0). Tingkat kestabilan sistem dapat diukur
dengan Gain Margin (GM) dan Phase Margin (PM),
yang didefinisikan sebagai berikut:
Jika dibandingkan dengan
diagram Bode, diagram polar/ Nyquist plot memiliki keuntungan dan kerugian
sebagai berikut :
- Keuntungan: Menunjukkan karakteristik
respon frekuensi dari sebuah sistem mencakup seluruh range frekuensi dalam satu
plot.
- Kerugian:
Tidak terlalu jelas
menunjukkan kontribusi dari masing-masing
faktor individu dari fungsi
transfer loop terbuka.
Dalam analisis diagram polar/nyquist ada beberapa
parameter yang harus diperhatikan, antara lain:
a. Faktor Integral/turunan
- Nyquist
plot dari (jω)-1 adalah sumbu imaginer negatif
- Nyquist
plot dari (jω) adalah sumbu imaginer positif
b. Faktor Orde 1
• Untuk
(1+jωT)-1
– Untuk ω = 0 à 1 sudut 0o
– Untuk ω =
1/T à 1/√2 sudut -45o
–
Untuk ω = ∞ à 0 sudut -90o
Untuk ω = ∞ à 0 sudut -90o
–
Gambar 5: Nyquist
plot untuk (1+jω)-1
•
Untuk (1+jωT)
Untuk (1+jωT)
–
– Untuk ω = 0 à 1 sudut 0o
– Untuk ω =
1/T à √2 sudut 45o
– Untuk ω = ∞ à ∞ sudut 90o
Gambar 6: Nyquist plot untuk (1+jωT)
c. Faktor Kuadratis
•
Untuk [1+2ζ(jω/ωn)+(jω/ωn)2]-1
Untuk [1+2ζ(jω/ωn)+(jω/ωn)2]-1
– Untuk ωà0, G(jω) = 1 sudut 0o
– Untuk ω à∞, G(jω) = 0 sudut -180o
Gambar 7: Nyquist
plot faktor kuadratis [1+2ζ(jω/ωn)+(jω/ωn)2]-1
• Untuk
[1+2ζ(jω/ωn)+(jω/ωn)2]
– Untuk ωà0, G(jω) = 1 sudut 0o
–
Untuk ω à∞, G(jω) = ∞ sudut 180o–
Untuk ω à∞, G(jω) = ∞ sudut 180o–
Gambar 8: Nyquist plot faktor kuadratis [1+2ζ(jω/ωn)+(jω/ωn)2]
D. Perhitungan
Menggunakan Matlab
Jawab: Dengan menggunakan Matlab, berikut perintah
yang diketik di Matlab:
- clc
- clear
all
- close
all
- %
contoh 14
- %
- %
Fungsi Alih Lingkar Tertutup
- num
= [0 0 5];
- den
= [1 2 5];
- T
= tf(num,den);
- %
- %
Nilai Singular Fungsi Alih Lingkar Tertutup
- sigma(T)
- grid
on
Hasil di Matlab
E. Filter
Frekuensi
Filter adalah adalah sebuah rangkaian yang
dirancang agar melewatkan suatu pita frekuensi tertentu seraya memperlemah
semua isyarat di luar pita tersebut. Filter
adalah suatu device yang memilih sinyal listrik berdasarkan pada frekuensi dari
sinyal tersebut. Filter akan melewatkan gelombang/sinyal listrik pada batasan
frekuensi tertentu sehingga apabila terdapat sinyal/gelombang listrik dengan
frekuensi yang lain (tidak sesuai dengan spesifikasi filter) tidak akan
dilewatkan. Rangkaian filter dapat diaplikasikan secara luas, baik untuk
menyaring sinyal pada frekuensi rendah, frekuensi audio, frekuensi tinggi, atau
pada frekuensi-frekuensi tertentu saja. Jenis-jenis filter
frekuensi:
1. Filter
Aktif
Filter Aktif yaitu filter yang
menggunakan komponen aktif, biasanya transistor atau penguat operasi (op-amp).
Kelebihan filter ini antara lain:
· Untuk
frekuensi kurang dari 100 kHz, penggunaan induktor (L) dapat dihindari.
· Penguatan
dan frekuensinya mudah diatur, selama op-amp masih memberikan penguatan dan
sinyal input tidak sekaku seperti pada filter pasif. Pada dasarnya filter aktif
lebih gampang diatur.
· Tidak
ada masalah beban, karena tahanan input tinggi dan tahanan output rendah.
Filter aktif tidak membebani sumber input.
a. Low
pass Filter
Adalah filter yang digunakan untuk meneruskan
sinyal berfrekuensi rendah dan meredam sinyal berfrekuensi tinggi. Penguatan
tegangan untuk frekuensi lebih rendah dari frekuensi cut off adalah: Av = - R2
/ R1 sementara besarnya frekuensi cut off didapat dari: fC = 1 / (2.R2C1)
Gambar 10:
Rangkaian dan gelombang frekuensi Low Pass Filter
b. High
Pass Filter
Adalah jenis filter yang melewatkan frekuensi
tinggi, tetapi mengurangi amplitudo frekuensi yang lebih rendah daripada
frekuensi cut-off. Penguatan tegangan untuk frekuensi lebih tinggi dari
frekuensi cut off adalah: Av = - R2 / R1 sementara besarnya frekuensi cut off
didapat dari: fC = 1 / (2.R1C1)
Gambar 10:
Rangkaian dan gelombang Pass Filter
c. Band
Pass Filter (Filter Tolak Tinggi)
Adalah filter yang digunakan terutama di
nirkabel pemancar dan penerima. Fungsi utama filter seperti di pemancar adalah
untuk membatasi bandwidth sinyal output minimum yang diperlukan untuk
menyampaikan data pada kecepatan yang diinginkan dan dalam bentuk yang
diinginkan. Penguatan tegangan untuk pita lolos adalah: Av = (-R2 / R1)
(-R4 / R3). Besarnya frekuensi cut off atas didapat dari: fCH = 1 / (2.R1C1)
Besarnya frekuensi cut off bawah didapat dari: fCL = 1 / (2.R4C2).
Gambar 11:
Rangkaian dan gelombang Band Pass Filter
d. Band
Stop Filter or Notch Filter (Filter Tolak Rendah)
adalah filter yang melewati frekuensi paling tidak
berubah, tetapi system kerja filter ini dalam rentang tertentu ke tingkat yang
sangat rendah. Ini adalah kebalikan dari filter band-pass.
Gambar 12: Gambar
Rangkaian dan gelombang Band Stop Filter
2. Filter
Pasif
Filter ini banyak digunakan untuk
memberikan sirkuit seperti amplifier, osilator dan sirkuit power supply
karakteristik frekuensi yang diperlukan. Beberapa contoh diberikan di bawah ini. Mereka menggunakan kombinasi dari R, L dan C.
Jenis-jenis filter pasif:
a. Low Pass Filter
Adalah filter yang digunakan untuk menghapus atau menipiskan frekuensi yang lebih tinggi di
sirkuit seperti amplifier audio, system ini memberikan respon frekuensi yang
diperlukan untuk rangkaian penguat. Teknik ini dapat digunakan
dalam penguat audio sebagai "TONE" atau "TREBLE CUT"
kontrol.
b. High Pass Filter
Adalah filter yang digunakan untuk menghilangkan atau meredam frekuensi yang lebih rendah
di amplifier, terutama audio amplifier mana ia dapat disebut "BASS
CUT" sirkuit.
c. Band Pass Filter
Adalah filter yang mengizinkan hanya sebuah band frekuensi yang diperlukan
untuk lulus, dan menolak sinyal di semua frekuensi di atas dan di bawah band
ini. Desain tertentu disebut filter T karena cara komponen digambar dalam
diagram skematik. Filter T terdiri dari tiga
unsur, dua seri terhubung LC sirkuit antara input dan output, yang membentuk
jalan impedansi rendah untuk sinyal dari frekuensi yang diperlukan, namun
memiliki impedansi tinggi untuk semua frekuensi lainnya.
d. Stop Pass Filter
Filter ini mempuyai prisip kerja
kebalikan dari band pass filter, yaitu ada
dua paralel LC sirkuit di jalur sinyal untuk membentuk impedansi tinggi pada
frekuensi sinyal yang tidak diinginkan.
F. Kesimpulan
Pengujian tanggapan frekuensi pada umumnya
sederhana dan dapat dilakukan secara teliti dengan menggunakan pembangkit sinyal
sinusoidal yang telah tersedia dan alat-alat ukur yang teliti. Seringkali
fungsi alih komponen yang rumit dapat ditentukan secara eksperimental
dengan pengujian tanggapan frekuensi. Solusi dari pada itu, sistem yang tidak
diketahui atau sistem yang benar-benar dikenal, dapat ditangani dengan
metoda tanggapan frekuensi sehingga pengaruh kebisingan yang tidak diinginkan
dapat diabaikan dan dianalisis serta perancangan semacam ini dapat diperluas ke
sistem kendali non-linier. Untuk menggambarkan respon frekuansi ada dua cara
dengan menggunakan diagram Bode dan diagram Polar (Nyquist), sehingga tampak
pola gelombang yang dihasilkan. Pada suatu rangkaian untuk menghilangkan
kebisingan maka perlu ditambahkan namanya filter respon frekuensi.
Komentar
Posting Komentar